Ruang
Aku sempat berpikir bahwa terkadang hubungan itu seperti ruangan.
Ruangan yang hanya dapat dimasuki oleh dua
pemilik hubungan itu.
Ruangan yang akan menyimpan segala memori dan
kenangan.
Mungkin pada awalnya hanya ruangan kecil.
Lalu, seiring dengan bertambahnya kenangan,
ruangan itu bertambah besar.
Terus membesar hingga akhirnya menjadi rumah.
Apa mungkin karena itu...
Banyak orang yang berpendapat bahwa rumah tak
selalu tentang tempat, tetapi bisa juga tentang seseorang?
Akan ada kalanya seseorang datang dan pergi ke
ruangan tersebut.
Datang saat sedang bersama orang itu.
Sekadar untuk menambah kenangan baru.
Dan pergi saat sedang tak bersamanya.
Pergi ke dalam ruangan lainnya.
Mungkin akan ada saatnya, dimana tak ada
kenangan baru yang dapat ditambahkan.
Salah seorang pemilik telah pergi.
Meninggalkan yang lainnya.
Entah pergi tanpa niat untuk kembali.
Atau mungkin sedang menunggu seseorang
memanggilnya untuk kembali.
Yang manapun itu, ruangan itu tak lagi
berkembang.
Seseorang yang tersisa tentu akan tinggal
terlebih dahulu.
Berharap ia kembali dan menambah kenangan untuk
disimpan.
Mungkin ia masih dapat berpegian.
Namun, ia akan tetap kembali dengan harap.
Atau mungkin ia bahkan hanya diam di ruangan
itu.
Menunggu dan terus menunggu hingga lupa bahwa ia
punya ruangan lain.
Ruangan yang masih terdapat seseorang
didalamnya.
Jika sudah begitu, mau bagaimana?
Tak banyak yang bisa diperbuat oleh orang
disekitarnya.
Mereka tak dapat masuk kedalam ruangan itu.
Yang bisa mengeluarkannya hanya ia sendiri.
Ia perlu memiliki cukup kekuatan untuk melangkah
keluar.
Memiliki keberanian untuk terus datang dan pergi
ke ruang lainnya.
Walaupun tak ada lagi yang datang untuk menambah
kenangan.
Ruangan itu akan tetap ada.
Tetap dapat dikunjungi untuk sekadar mengingat
kembali.
Ruangan itu tak akan hilang.
Dan jika kelak kedua belah pihak kembali datang.
Mereka dapat memulai kembali.
Mengisi ruangan tersebut dengan kenangan baru.
Komentar
Posting Komentar