Kompetisi



Aku selalu berkompetisi dengan seseorang, selama hidup tak pernah aku menjadi juara melawannya. Salah satu contohnya adalah ketika masa ujian datang, aku berjuang keras untuk memahami materi, bahkan hingga mengorbankan waktu tidur, lupa untuk memenuhi asupan nutrisi, sekadar minum pun terkadang lupa akibat keinginanku untuk melampauinya.

Ketika ujian itu datang, aku berusaha berkonsentrasi. Mengenyahkan orang yang selalu menjadi juara itu dari otakku, soal demi soal aku kerjakan seteliti mungkin, setelah selesai pun aku berulang kali mengeceknya takut-takut ada soal yang menjebak atau kujawab dengan keliru. 

Hingga akhirnya bel berbunyi, aku baru memiliki keinginan untuk mengumpulkannya, aku berharap sekaligus percaya diri dapat menjadi juara. Hasil pun keluar, aku melihat nilai dengan mata terbuka lebar. Rasanya seperti ada batu yang jatuh menimpaku dengan keras, rasanya sakit dan tak percaya. Lagi-lagi aku kalah darinya. Lagi-lagi dia keluar menjadi pemenang. Mengalahkanku. Aku hanya bisa meyakinkan diri bahwa aku kurang bekerja keras, bahwa tak apa sekali lagi kalah darinya. 

Di lain waktu, ketika aku sedang berusaha mendekati seseorang yang sudah lama singgah di hati dan pikiran, aku berusaha mendekatinya sebisa mungkin, tetapi lagi-lagi aku harus dipatahkan olehnya. Dia memang tidak mendapatkannya, aku pun tidak, tetapi dia berhasil melakukan hal-hal yang gagal kulakukan. Hal-hal yang memerlukan keberanian yang tak kupunya. Rasanya menyedihkan sekaligus lucu. 

Selama ini aku hanya bisa memandang punggungnya yang perlahan menjauh. Seolah kenyataan memaksaku untuk menerima takdir yang tak terelakkan, aku terus berpikir dan berpikir. Kenapa dia berhasil melakukan hal yang tak kubisa? Sehebat itu kah dia? Selama hidup aku selalu bertanya, kapan aku dapat menjadi juara. Melawan dia. Sosok yang dibuat oleh ekspektasiku.

Komentar