Domba Berbulu Serigala
Tema kali ini
adalah pesta, berbicara soal itu mengingatkanku pada suatu cerita lama yang pernah kubuat,
cerita pendek yang mungkin masih dapat dimaklumi jika kusebut bertemakan pesta.
Maka dari itu aku ingin menceritakan suatu dongeng yang mungkin dapat dinikmati
oleh siapa pun yang mau memberikan waktu luangnya pada cerita pendek ini.
Di suatu wilayah
dekat pinggiran jurang terdapat seekor serigala—bukan, sebenarnya ia hanyalah
seekor domba kecil yang memakai mantel berbulu dan topeng serigala. Jika
biasanya kita mendengar serigala berbulu domba, kali ini sang domba kecil lah
yang memakai topeng serigala. Hari-harinya hanya dipenuhi kebohongan.
Namun secara
tiba-tiba datang pengembara yang menemui sang domba, bersama dengan sang
pengembara si domba lupa akan pahitnya dunia dan tenggelam dalam kebahagiaan. Ia
pun perlahan membuka topengnya, kembali menjadi si domba yang naif. Akibat dari
rasa senangnya, ia mulai mengundang berbagai makhluk dengan harapan
kebahagiaannya akan bertambah.
Ternyata. Takdir berkata
lain, tempatnya kini semakin penuh dan sang domba pun semakin terdorong, terus
terdorong hingga akhirnya ia sadar bahwa itu bukan tempatnya lagi. Sang domba
sudah berada di tepi jurang.
Saat sang domba
hendak menyuruh semuanya pergi, sang pengembara berkata bahwa sang domba masih
dibutuhkan, bahwa kegembiraan ini tak akan sama tanpa kehadiran semuanya. Sekali
lagi si domba terbuai oleh ke fanaan dunia dan bertahan di tempatnya.
Hingga akhirnya ia
hanya bisa memandang dari tepi, memandang kebahagiaan yang sekarang menjadi
mereka dan bukan kita. Melihat kebahagiaan yang seharusnya milik sang domba
menjadi milik orang lain. Terus-menerus melihat rasa bahagia itu, sang domba
pun terjatuh. Terjatuh ke dalam jurang yang dinamakan kesepian, jurang di mana
seharusnya ia berada.
Sang domba hanya
bisa menatap mereka bergembira dari bawah, di mana tak ada seorang pun yang
sadar bahwa sang domba telah jatuh ke dalam keputusasaan. Tetapi, lagi-lagi
sang pengembara mendatanginya dan membantunya bangkit, sang domba yang telah
berusaha terbiasa dengan keadaan kembali merasa sakit. Dirinya yang terbiasa
merasakan dingin dan kehampaan, disambut kembali oleh kehangatan yang malah
membuatnya merasa sakit.
Akhirnya sang domba
pun kembali bangkit—tidak, ia hanya kembali ke awal, dimana ia memakai topeng
serigala, tersenyum...tertawa...ia kembali ke dalam kebohongan dunia.
Komentar
Posting Komentar