Dasar Gemini!

“Ah! Dasar gemini!” Aku menoleh ketika mendengar zodiakku disebut, hanya untuk mendapati temanku berwajah masam kepada ponselnya.

Aku hanya memandangnya dengan kebingungan, “Ada apa?” Dengan cepat ia membalas tatapanku, alisnya tertekuk ke tengah, entah hanya imajinasiku atau tidak, wajahnya pun terlihat merah padam.

Aku tak berbicara lagi, hanya saling tatap, entah apa yang sedang berada dipikirannya. Ku yakin pikirannya saat ini sangat kacau jika menilai dari raut wajahnya.

Dengan sekali tarikan napas panjang, ia akhirnya mengendurkan raut wajahnya, terlihat lebih tenang walaupun masih terasa percikan amarah.

“Kau ingat tentang pacarku?” Aku terdiam sejenak sembari memiringkan kepala, berusaha mencari ingatan tentang pacar yang disebutnya itu, ah, wanita yang baru beberapa hari lalu ia tembak.

Aku berniat hanya membalasnya dengan anggukan saja sebelum akhirnya aku memutuskan untuk bersikap lebih aktif, “Ya, aku ingat, ada apa dengannya?”

“Ada teman yang memberitahu bahwa ia sedang jalan-jalan dengan seorang lelaki sekarang,” aku hanya mengangguk singkat, mengira ia akan melanjutkan ceritanya.

Lama ku tunggu tanpa ia berbicara, aku akhirnya memutuskan untuk kembali bertanya, “Lalu? Memangnya kenapa kalau dia jalan dengan lelaki?”

Aku melihatnya melempar tatapan bingung sekaligus kesal ke arahku, “Dia bahkan tidak bilang akan pergi dengan lelaki.”

“Kau bagaimana? Sudah bilang bahwa kau akan pergi dengan teman wanitamu?” Aku melontarkan pertanyaan tanpa pikir panjang, karena ku pikir aku harus tahu dulu sebelum berkomentar lebih panjang.

“Aku hanya bilang akan pergi dengan teman, tetapi kita kan hanya teman dan tak ada perasaan lain,” aku tertegun untuk beberapa saat, bagaimana tidak, aku tak menyangka memiliki teman yang cukup bodoh tentang berpacaran.

Sekarang giliran aku yang menghela napas sebelum akhirnya berhasil mengeluarkan suara, “Bagaimana bisa kau meminta penjelasan detail kepada pacarmu, jika kau saja tidak memberikan penjelasan yang detail? Dan lagi bisa saja itu teman atau saudaranya.”

Kuharap ia sedang berpikir, karena saat ini ia hanya terdiam sembari memandang kembali ponselnya itu, entah apa yang sedang ditatapnya. Hening.

“Memang ya gemini tidak bisa dipercaya.” Aku hampir saja mengeluarkan kembali air yang sedang kuminum, setelah berpikir lama dia malah berpikir seperti itu? 

“Terserah kau saja deh, tetapi jangan seenaknya berkata seperti itu.”

“Kenapa? Kau tersinggung?”

“Sedikit, tetapi aku kasihan kepadamu.”

“Aku? Kenapa?”

“Sudah bodoh, makin terlihat bodoh.”

Komentar